Jumat, 11 Juni 2010

Kunci Kesuksesan Dakwah

Kunci Kesuksesan Dakwah

Berdakwah merupakan kewajiban setiap muslim. setiap orang yang telah mengikrarkan 2 kalimat syahadat memikul tugas untuk menyampaikan kebenaran yang telah diyakininya kepada orang lain.[1] Karena hakekat dakwah adalah menunjukan jalan menuju kebenaran. Ibarat seorang musafir tentu ia membutuhkan petunjuk dalam perjalanannya agar sampai di tujuan tanpa tersesat. Maka para rasul pun di utus ke bumi untuk menunjukkan umatnya jalan menuju kebenaran. dan kewajiban ini terus menerus dibebankan kepada umatnya setelah wafatnya.

Dakwah bukanlah sebuah profesi yang hanya dilakukan sebagian orang saja sebagaimana dipahami banyak orang. Namun ia merupkan manifestasi keimanan setiap orang yang mengaku muslim. Memang untuk dapat menyampaikan dakwah kepada umat secara baik dan benar seseorang dituntut untuk memiliki kapasitas keilmuan yang memadai disamping faktor-faktor penunjang lainnya. Namun, seseorang tak perlu menjadi seorang kiai atau ulama terlebih dahulu untuk boleh berdakwah. Bahkan kewajiban menyampaikan itu tidak gugur hanya dikarenakan seseorang merasa belum memiliki ilmu yang cukup. Hal ini ditegaskan oleh sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : “ Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat “ (HR. Bukhari)

a. Kunci Keberhasilan Dakwah

Rahasia dakwah yang sukses terletak pada diri seorang Da’I, karena manusia lebih cenderung mempercayai bahasa kepribadian dari pada bahasa lisan. Seseorang bisa saja berjam-jam berorasi dihadapan banyak orang dengan gelora semangat yang membangkitkan emosi para pendengar, namun setelah ia turun dari mimbarnya justru apa yang baru saja disampaikannya ditolak mentah-mentah karena kepribadiannya bertolak belakang dengan apa yang di ucapkannya. Lisanul hal ablaghu min lisanil maqal. Demikian para ahli hikmah mengatakannya.

Di bawah ini terdapat 10 kunci keberhasilan dakwah. Diantaranya yaitu :

1. Mengangkat teladan Nabi Muhammad SAW

Mengangkat suri tauladan rasul juga dapat digunakan sebagai pendorong dalam belajar berdakwah islamiyyah, agar dapat senang dan bergairah dalam mengikuti ajaran dan praktek-praktek keagamaan yang diterima sehingga secara pasti tahap demi tahap hati dan pikiran mereka terbuka.

2. Mempersiapkan bekal dakwah

Sebelum kita melakukan dakwah hendaknya kita mengadakan persiapan-persiapan yang matang baik itu mental, spiritual dan segala sesuatu yang diperlukan dalam berdakwah. Dalam berdakwah hendaklah didasari dengan hati yang ikhlas disertai semangat yang tinggi

3. Seorang Da’I harus ikhlas berdakwah karena Allah

Penggerak utama dari dakwah islamiyyah yaitu Ikhlas, sedangkan penuntunnya adalah berserah diri, dalam berserah diri hendaklah disertai sunyi dalam berfikir dan mengambil kegunaan serta hasil dari harta kekayaan yang kita miliki semata-mata, maupun keuntungan-keuntungan lainnya dari segala usaha kita yang bersifat sementara saja. Seperti yang dicontohkan Rasul. Seperti hadist berikut “ ketahuilah bahwa aku tidaklah akan menghimpun uang, baik dinar maupun dirham, juga tidak akan menyimpan suatu rejeki untuk hari esok “. [2] ( HR. Imam Abusy-Syekh )

4. Berusaha untuk mendidik diri sendiri

Tidak diragukan lagi bahwa dakwah islamiyyah ini merupakan suatu hakikat, sifatnya ialah mengadakan perubahan secara total, menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu hendaknya perubahan itu diikuti dengan perjuangan yang semaksimal mungkin. Mendidik diri sendiri secara garis besarnya antara lain yaitu, mendidik diri pribadi dengan kesabaran dan keteguhan hati serta kemuan yang keras untuk berbuat baik, selalu kembali kepada Allah, menjadi pribadi berbudi luhur, selalu menghiasi diri dengan memberikan suri tauladan yang baik dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, selalu berjuang, rela berhijrah, dermawan dan lebih mementingkan orang lain serta ikhlas.

5. Adanya konsisten dengan kode-kode etika

Macam-macam kode etik dakwah yang bersumber dari Al- Qur’an adalah tidak memisahkan antara perkataan dan perbuatan, tidak melakukan kompromi dalam masalah agama, tidak mencerca non muslim, tidak memungut imbalan, tidak melakukan diskriminasi sosial, tidak mengawini pelaki atau wanita maksiat[3]

6. Selalu bersandar kepada Allah

Berjuang untuk mendidik diri sendiri agar senantiasa kembali kepada Allah adalah dengan selalu menyibukan diri untuk berdzikir mengingat Allah SWT. Memanjatkan doa-doa kehadirat-Nya dalam setiap keadaan, serta memperbanyak bacaan istighfar, bertaubat dan mengembalikan segala urusannya kepada-Nya saja, semua itu adalah landasan yang layak bagi seorang da’i.

7. Akhlak da’i

Pendekatan dakwah melalui akhlak seorang Da’I dengan qudwah yang baik, senang didekati, pendiam dan serius, sopan, dihormati dan disegani, sedikit tertawa dan senda gurau, tidak plin plan, halus budi bahasa, tidak mencampuri urusan pribadi orang, menjauhi ucapan-ucapan jorok, kasar dan keji.[4]

8. Kondisi psikologi mad’u

Kondisi psikologi masyarakat mudah disentuh dan dalam kondisi yang haus akan disirami rohani, dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif terhadap da’i. sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas, ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas.[5]

9. Hijrah

Ajakan menuju hijrah dengan meninggalkan tanah air dan berpisah dengan keluarga bilamana situasi dan kondisinya memerlukan akan hal itu maka pergilah. Sesungguhnya orang yang berdakwah menuju jalan allah tidaklah merasa sakit atau susah, jika kematianlah yang akan dihadapinya nanti.[6]

10. Menjauhi hal-hal tidak simpatik

Seringkali Da’I melakukan kesalahan-kesalahan tidak simpatik atau kurang simpatik dan ia tidak memperhatikannya. Kesalahan-kesalahan ini diantaranya yaitu, menggurui, sombong, membicarakan diri sendiri, menggunjing, egoisme, mengibul, emosional, dan kikir, [7]

Tidaklah benar kalau keberhasilan dakwah hanya diukur dari banyaknya jamaah yang hadir pada suatu upacara keagamaan, karena banyaknya jama’ah yang hadir hanyalah salah satu dari indikator saja. Keberhasilan dakwah dapat diukur dari munculnya kesadaran keberagamaan pada masyarakat akibat adanya dakwah, baik kesadaran yang berupa tingkah laku, sikap ataupun berupa keyakinan.



[1] Bekal dakwah akhwat, Haidar Quffah

[2] Tarikhul Hawadist Wal Ahwal An Nabawiyyah

[3] Lihat ibid

[4] Buku Amal Jama’I hal. 34-35

[5] Ibid

[6] Kitab Muhammadur Rasulullah, kitab sejarah islam

[7] Langkah-langkah dakwah ke jalan Allah hal 95- 99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar